Yang Boleh Dilakukan Ketika Puasa


Assalamu'alaikum ..

Saudaraku pembaca Pelita Hidayah yang dirahmati Allah. Dalam kesempatan ini kita akan mengkaji mengenai hal hal yang diperbolehkan untuk dilakukan walaupun kita sedang dalam keadaan berpuasa. hal yang boleh dilakukan ketika berpuasa diantaranya sebagai berikut


1- Mendapati waktu fajar dalam keadaan junub

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

فجَرْ فِ رمَضَاَن وهَوُ جنُبٌُ منِ غيَِْ اللَّ - صلى الله عليه وسلم - يدُرْكِهُ الْ قدَ كاَن رسَوُلُ
تَسِلُ وَيَصُومُ غْ.حُلُمٍ فَيَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjumpai waktu fajar di bulan Ramadhan dalam keadaan junub bukan karena mimpi basah, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dan tetap berpuasa.” [HR. Muslim no. 1109]

2- Bersiwak ketika berpuasa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَ أُمَّتِى لأَمَرْتُُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ وُضُوءٍ

“Seandainya tidak memberatkan umatku niscaya akan kuperintahkan mereka untuk menyikat gigi (bersiwak) setiap kali berwudhu.”[H.R. Bukhori]

Penulis Tuhfatul Ahwadzi rahimahullah mengatakan, “Hadits-hadits yang semakna dengan di atas yang membicarakan keutamaan bersiwak adalah hadits mutlak yang menunjukkan bahwa siwak dibolehkan setiap saat. Inilah pendapat yang lebih tepat.” [Tuhfatul Ahwadzi, 3: 345]

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Yang benar adalah siwak dianjurkan bagi orang yang berpuasa mulai dari awal hingga sore hari.” [Majmu’ Fatwa wa Rosa’il Ibnu ‘Utsaimin, 17: 259]

Adapun pasta gigi lebih baik tidak digunakan ketika berpuasa karena pasta gigi memiliki pengaruh sangat kuat hingga bisa mempengaruhi bagian dalam tubuh dan kadang seseorang tidak merasakannya. Waktu untuk menyikat gigi sebenarnya masih lapang. Jika seseorang mengakhirkan untuk menyikat gigi hingga waktu berbuka, maka dia berarti telah menjaga diri dari perkara yang dapat merusak puasanya. [Majmu’ Fatawa wa Rosail Ibnu ‘Utsaimin, 17: 261-262]

3- Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung asal tidak berlebihan

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَبَالِغْ فِ الاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمً

“Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq (memasukkan air dalamhidung) kecuali jika engkau berpuasa.” [HR. Abu Daud no. 142, Tirmidzi no. 788, An Nasa’i no. 87, Ibnu Majah no. 407]

Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, “Adapun berkumur-kumur dan beristinsyaq (memasukkan air dalam hidung) dibolehkan bagi orang yang berpuasa dan hal ini disepakati oleh para ulama. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat juga berkumur-kumur dan beristinsyaq ketika berpuasa. ... Akan tetapi, dilarang untuk berlebih-lebihan ketika itu.”

4- Bercumbu dan mencium istri selama aman dari keluarnya mani
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahwa bercumbu atau mencium istri tidak membatalkan puasa selama tidak keluar mani”. [Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7: 215]

Dari Jabir bin ‘Abdillah, dari ‘Umar Bin Al Khaththab, beliau berkata,

هَشَشْتُ يَوْما فَقَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْراً عَظِيماً قَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتَ بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ ». قُلْتُ لاَ بَأْسَ بِذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَفِيمَ »

“Pada suatu hari aku rindu dan hasratku muncul kemudian aku mencium istriku padahal aku sedang berpuasa, maka aku datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku berkata, “Hari ini aku melakukan suatu kesalahan besar, aku telah mencium istriku padahal sedang berpuasa” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Bagaimana pendapatmu jika kamu berpuasa kemudian berkumur-kumur?” Aku menjawab, “Seperti itu tidak mengapa.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lalu apa masalahnya?

5- Bekam dan donor darah selama tidak membuat lemas
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbekam dalam keadaan berihrom dan berpuasa. [HR. Bukhari no. 1938]

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu ditanya, “Apakah kalian tidak menyukai berbekam bagi orang yang berpuasa?” Beliau berkata, “Tidak, kecuali jika bisa menyebabkan lemah.” [HR. Bukhari no. 1940]

Imam Asy Syafi’i rahimahullah dalam Al Umm mengatakan, “Jika seseorang meninggalkan bekam ketika puasa dalam rangka kehati-hatian, maka itu lebih aku sukai. Namun jika ia tetap melakukan bekam, aku tidak menganggap puasanya batal.” [Al Umm, 2: 106]

Termasuk dalam pembahasan bekam ini adalah hukum donor darah karena keduanya sama-sama mengeluarkan darah sehingga hukumnya pun diqiyaskan (dianalogikan). [Shahih Fiqh Sunnah, 2: 113-114]

6- Mencicipi makanan selama tidak masuk dalam kerongkongan
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan, “Tidak mengapa seseorang yang sedang berpuasa mencicipi cuka atau sesuatu, selama tidak masuk sampai ke kerongkongan.” [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf 2: 304. Syaikh Al Albani dalam Irwa’ no. 937]

Yang termasuk dalam mencicipi adalah mengunyah makanan untuk suatu kebutuhan seperti membantu mengunyah makanan untuk anak kecil

7- Bercelak dan menggunakan tetes mata
Bercelak dan tetes mata tidaklah membatalkan puasa. Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Tidak mengapa bercelak untuk orang yang berpuasa.” Dikeluarkan oleh ‘Abdur Rozaq dengan sanad yang shahih]

8- Mandi dan menyiramkan air di kepala untuk membuat segar
Dari Abu Bakr bin ‘Abdirrahman, beliau berkata, “Sungguh, aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Al ‘Aroj mengguyur kepalanya -karena keadaan yang sangat haus atau sangat terik- dengan air sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. ” [HR. Abu Daud no. 2365]

9- Menelan dahak
Menurut madzhab Hanafiyah dan Malikiyah, menelan dahak tidak membatalkan puasa karena dianggap sama seperti air ludah dan bukan sesuatu yang asalnya dari luar. [Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 28: 65-66 dan Shahih Fiqh Sunnah, 2: 117]

10- Menelan sesuatu yang sulit dihindari
Seperti masih ada sisa makanan yang ikut pada air ludah dan itu jumlahnya sedikit serta sulit dihindari, juga seperti darah pada gigi yang ikut bersama air ludah dan jumlahnya sedikit, maka seperti ini tidak mengapa jika tertelan. Namun jika darah atau makanan lebih banyak dari air ludah yang tertelan, puasanya jadi batal. [Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2: 118]

Demikianlah kiranya kajian mengenai hal - hal yang boleh dilakukan ketika berpuasa ini kami tuliskan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin..

Ditulis Oleh Admin Pelita Hidayah
Sumber ; Buku Panduan Ramadhan
Karya ; Muhammad Abduh Tuasikal

0 Response to "Yang Boleh Dilakukan Ketika Puasa"

Post a Comment

Jadilah yang pertama dalam berkomentar

loading...